Nama Susanty Manuhutu, pernah menjadi buah bibir dan begitu populer di seantero Indonesia. Dia mencatat sejarah sebagai wanita Maluku pertama yang memenangkan ajang pemilihan Putri Indonesia. Mewakili Provinsi Maluku di ajang Pemilihan Puteri Indonesia 1995 di Jakarta, Santi tampil penuh percaya diri. Kemampuan bahasa asing di atas rata-rata peserta lain menjadi salah satu nilai plus, disamping kepribadian dan pesona kecantikannya. Makanya, begitu Santy dinobatkan sebagai Puteri Indonesia 1995 menggantikan Venna Melinda Puteri Indonesia 1994, apresiasi dan pujian pun mengalir kepadanya.
Sebagai Puteri Indonesia, Santi yang saat itu masih berusia 21 tahun, kemudian mewakili Indonesia di ajang Miss Universe. Kendati tidak meraih prestasi gemilang di ajang Miss universe, secara tidak langsung dia mencatatkan diri sebagai wanita Maluku pertama yang menjajal ajang Miss Universe. Prestasi yang diukirnya itu hingga kini belum bisa disamai wanita Maluku lainnya..
Video Ajang Miss Universe 1995 Susanty Manuhutu
Saat pulang
ke Kota Ambon Manise, sesaat setelah terpilih sebagai Puteri Indonesia
1995, Nona Ambon kelahiran Jakarta 7 Januari 1974 itu, sempat berbagi
pengalaman dengan para remaja puteri Kota Ambon yang duduk di bangku
SMA. Sharing session dengan Santi dilakukan di Baileo Oikumene.
Santi kemudian dibuat terkagum-kagum dengan siswi-siswi SMA di Ambon. Karena beberapa di antara mereka justru mengajak dialog menggunakan bahasa Inggris secara fasih. Bahkan, ada yang bertanya kepadanya menggunakan bahasa Jerman.
“Saya tidak fasih berbahasa Jerman. Tapi saya fasih berbahasa Belanda jadi sedikit mengerti bahasa Jerman,” ujarnya saat itu. Saat ini alumnus Universitas Kristen Indonesia itu, berkarier sebagai Juru Bicara Chevron Indonesia, salah satu perusahaan migas internasional.
Santi kemudian dibuat terkagum-kagum dengan siswi-siswi SMA di Ambon. Karena beberapa di antara mereka justru mengajak dialog menggunakan bahasa Inggris secara fasih. Bahkan, ada yang bertanya kepadanya menggunakan bahasa Jerman.
“Saya tidak fasih berbahasa Jerman. Tapi saya fasih berbahasa Belanda jadi sedikit mengerti bahasa Jerman,” ujarnya saat itu. Saat ini alumnus Universitas Kristen Indonesia itu, berkarier sebagai Juru Bicara Chevron Indonesia, salah satu perusahaan migas internasional.
Sebelumnya, dia bergabung di dunia jurnalistik pada 1997, sebagai reporter sebuah stasiun televisi. Dari dunia ini, kemudian Santi banyak mengerti bagaimana mencari berita atau berita seperti yang menarik publik.
Santi mulai terjun ke industri migas di Conoco pada tahun 1999. Dia memulai karier di perusahaan asal Amerika Serikat itu sebagai posisi pegawai rendahan, dengan modal ilmu perminyakan dan gas yang sangat minim.
Dia mulai dari posisi officer dan terus naik ke jenjang koordinator. Ketika Conoco merger menjadi ConocoPhillips, Santi sudah menempati posisi menjadi Corporate Communications Manager pada usia yang relatif cukup muda. Dia beruntung karena merasa mendapat banyak mentor yang baik, supervisor, serta teman-teman yang mendukung.
Santi mulai terjun ke industri migas di Conoco pada tahun 1999. Dia memulai karier di perusahaan asal Amerika Serikat itu sebagai posisi pegawai rendahan, dengan modal ilmu perminyakan dan gas yang sangat minim.
Dia mulai dari posisi officer dan terus naik ke jenjang koordinator. Ketika Conoco merger menjadi ConocoPhillips, Santi sudah menempati posisi menjadi Corporate Communications Manager pada usia yang relatif cukup muda. Dia beruntung karena merasa mendapat banyak mentor yang baik, supervisor, serta teman-teman yang mendukung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar